Sabtu, 31 Agustus 2013

Beda Negara, Beda IQ.


Beberapa minggu yang lalu, fakultas saya baru saja selesai menyelesaikan Masa Orientasi buat para Mahasiswa Baru atau biasa kita kenal dengan istilah Ospek. Saya juga menjadi salah satu panitia buat acara penyambutan teman-teman mahasiswa baru ini.

Mungkin apa yang akan saya bahas dalam postingan saya kali ini udah sering banget di posting sama teman-teman blogger yang lain atau mungkin dari website-website resmi. Saya hanya ingin menyampaikan unek-unek saya perihal masa orientasi di kampus saya (dan kebanyakan kampus di Indonesia). Maklum, saya bukan orang yang memiliki peranan penting buat ngubah hal-hal aneh di kampus. Karena saya suka nulis, jadi saya hanya bs menuangkan semuanya dalam tulisan.

Orientasi. Apa sih itu orientasi? Menurut KBBI, Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; (2) pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/orientasi#ixzz2dbreqjjk


Nah, jadi singkat kata orientasi kampus itu dilakukan untuk menentukan sikap dan pandangan dasar para mahasiswa baru terhadap kampus barunya. Baik itu dari segi lingkungan, tempat tinggal, makanan, cuaca, adaptasi dan lain sebagainya.

Dari segi pengertian sih ga salah. Nah, terus yang salah apa?

Pelaksanaannya. 

Saya memang belum pernah kuliah ke luar negeri, ( Boro-boro kuliah, passport aja ga punya :'( ) Tapi dari beberapa sumber yang saya baca dan ngelihat komentar teman-teman yang udah kuliah ke luar negeri di beberapa forum, jelas sekali perbedaan antara ospek di Indonesia dan luar negeri. 

Beberapa foto ini saya dapatkan di beberapa situs.

Luar Negeri

Luar Negeri

Dalam Negeri

Dalam Negeri

Dalam Negeri
Kayanya sih tanpa saya buat keterangan gambarnya, teman-teman pasti udah tau mana yang made in Indonesia dan mana yang made in others country.

Saya paling ga ngerti kenapa sih ospek di Indonesia itu harus diidentikan dengan kesan kumuh, dekil, menjijikan, menyeramkan, dan banyak hal negatif lainnya. Padahal dari makna orientasi tadi udah dijelaskan bahwa ospek adalah sesuatu hal yang menyenangkan.

Di beberapa negara maju (hampir semua saya rasa), mahasiswa baru disambut dengan baik oleh para civitas akademika dan senior-seniornya. Mereka disuruh datang ke kampus dengan pakaian rapi (ga pake pakaian aneh dengan rambut yang dikucir sesuai tanggal lahir ataupun topi warna-warni ga jelas). 
Salah satu Institusi terkenal di Amerika melakukan ospek itu dengan hal-hal yang manusiawi dan sesuai dengan makna dari orientasi itu sendiri. Have fun. Kampus menganggap bahwa mahasiswa-mahasiswa baru mereka adalah aset yang harus dijaga dan harus disambut dengan baik. Bukan dengan muka seram, mata melotot, dan bentakan dari senior.

Saya paling tidak mengerti kenapa harus ada adegan dimana ada sekumpulan orang bermuka seram dengan mata melotot datang dan membentak-bentak mahasiswa disaat mereka tidak tau kesalahan apa yang mereka perbuat. Adegan seperti ini hampir setiap tahun saya lihat, dan hampir terdapat di semua fakultas di kampus saya. 

Mereka itu datang ke kampus buat belajar, cape-cape ikut seleksi masuk kampus buat dapat ilmu, dapat gelar sarjana. Orangtua mereka mengantarkan mereka ke kampus pagi-pagi buta buat melihat mereka disambut dengan baik oleh kampus yang kelak akan mendidik anak mereka. Bukan buat dibentak-bentak. Orangtua saya saja yang sudah merawat saya dari kecil, yang paling berhak atas hidup saya (selain Tuhan tentunya) tidak pernah sekalipun memelototi saya apalagi membentak. So, who they are so they can do that for me.

Dulu sewaktu saya masih jadi maba dan ikut diospek, teman-teman maba yang lain juga tidak suka dengan sekumpulan orang-orang yang suka teriak-teriak seperti itu. Setiap kali melihat mereka, teman-teman saya merasakan sedikit bahkan banyak ketidaksukaan terhadap mereka. Itu hal yang wajar, saya rasa. Eh, ternyata teman-teman maba yang sudah bisa jadi panitia ospek malah lebih milih buat jadi orang-orang yang dulu ga mereka suka. Saya makin ga ngerti.

Pernah saya tanya, apa sih esensi dari sikap mereka yang seperti itu? Melotot, membentak, dan muka seram. Ada beberapa jawaban.
1. Ajang balas dendam.
2. Biar disegani dan dihormati.
3. Biar maba-mabanya ga belagu.

Please deh. Lo itu bukan diktator yang harus keliatan serem biar disegani.

Hal yang sangat saya yakini adalah para maba itu bukan segan apalagi hormat. Tapi TAKUT!

Ada banyak orang didunia ini yang saya tidak pernah lihat secara langsung, tapi sangat saya hormati dan segani. Saya ambil contoh, seorang teman mahasiswa yang sangat saya kagumi, Iman Usman. Beliau tidak pernah melotot apalagi membentak saya. Tapi saya sangat segan terhadap beliau. Kenapa? Apa yang membuat saya segan sama dia? Prestasi beliau.

Justru teman-teman panitia yang bersikap lebih ramah jauh lebih disegani dan dihormati daripada teman-teman yang suka 3M tersebut.

Terus kapan mindset kaya gini harus diubah? Kapan budaya membentak generasi calon penerus bangsa dihilangkan?

Pernah saya mendengar bahwa salah satu dosen yang memiliki peranan penting dikampus saya juga tidak suka dengan hal-hal negatif seperti diatas tadi. Nah, kalo ga suka kenapa ga dihapuskan aja?
Seperti yang saya bilang diatas tadi, hal ini sudah seperti menjadi 'budaya' di Indonesia. Puji Tuhan, ada beberapa kampus yang sudah menghilangkan hal-hal yang tdk penting seperti ini. Tapi, tetap saja masih lebih banyak jumlah kampus yang mahasiswanya masih menerapkan sistem 3M dalam 'kurikulum' mereka. Tidak mudah untuk menghapusnya. Butuh proses yang panjang.

Inilah Indonesia. Hal yang benar dianggap gila, hal yang salah dianggap wajar.

Sedikit cerita.
Salah satu teman saya (perempuan) yang menjadi anggota dari orang-orang dengan 3M itu pernah ditampar oleh seniornya dalam latihan. Jujur siapapun yang mendengar ini pasti kaget. Dan teman saya bilang, itu merupakan tamparan paling keras yang pernah dia rasakan dalam hidupnya. Terus sebagai manusia normal gue tanya dong kenapa dia sampai ditampar?

Dan, jawabannya ketebak banget.

Biar gue kuat ntar pas ospek. Kan tugas gue berat.

Lagi-lagi gue harus bilang, Hellooooooooooooooooooooooooooooo!! Lo mahasiswa bukan akademi militer!

Kalo saya jadi dia, detik itu juga saya keluar dari kumpulan 3M itu. 

Sebenarnya saya kasihan sama teman saya itu, tapi mau gimana? Dia ga keluar dari kumpulan 3M itu, berarti dia ga menolak untuk ditampar supaya (katanya) biar kuat. 

Banyak hal yang sebenarnya pengen saya ceritakan dalam postingan ini, tapi kapasitas saya terbatas. Hehehe

Satu hal, saya cuma berharap akan ada teman-teman yang kelak menjadi orang-orang yang menghapus semua "kesalahan" dalam penyambutan calon-calon generasi penerus bangsa ini. Ini Indonesia, demokrasi bukan diktatorial. - Sekian -

PS : 3M (Melotot, Membentak, dan Muka serem)


1 komentar: